LJakarta — Di tengah tantangan ketimpangan pendidikan yang masih membayangi negeri ini, program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi secercah harapan baru bagi ribuan anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem di Indonesia. Program ini bukan hanya soal pendidikan gratis, melainkan juga tentang memberi kesempatan hidup yang lebih baik melalui pembentukan karakter, kedisiplinan, dan pembinaan berasrama.
Salah satu wujud nyata program ini hadir di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Surakarta, Jawa Tengah, yang berdiri sejak 14 Juli 2025 di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso, Jebres. Sekolah ini menjadi pionir sekaligus percontohan dalam menjalankan sistem pendidikan unggulan berasrama bagi 200 siswa angkatan pertama dari keluarga berpenghasilan terendah.
Kepala Sekolah SRMA 17 Surakarta, Septhina Shinta Sari, menjelaskan bahwa seluruh siswa dipilih melalui verifikasi ketat berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). “Siswa kami berasal dari desil 1 dan 2, diverifikasi langsung oleh pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka bukan hanya layak secara ekonomi, tapi juga punya semangat besar untuk belajar,” ujarnya.
Dengan dukungan 20 tenaga pendidik dan 12 wali asrama, sekolah ini tidak hanya mendidik akademik, tetapi juga membentuk karakter siswa. Hidup berasrama melatih kemandirian, tanggung jawab, serta disiplin yang menjadi pondasi penting untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Presiden Prabowo Subianto sendiri menegaskan bahwa Sekolah Rakyat merupakan simbol keseriusan pemerintah dalam membuka akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat kecil. “Sekolah Rakyat sudah melampaui target awal. Ini bukti komitmen kita untuk memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu mendapat kesempatan yang sama dalam menempuh pendidikan unggul,” tegasnya dalam Rapat Kabinet Paripurna.
Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Robben Rico, menambahkan, program ini juga melibatkan sinergi lintas lembaga. Kolaborasi antara Kementerian Sosial dan TNI dinilai efektif dalam menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab kepada para siswa. “Disiplin adalah kunci sukses dalam hidup dan pendidikan. Karena itu, pembinaan karakter menjadi fokus utama di Sekolah Rakyat,” ujarnya.
Program ini menjadi jawaban atas fakta yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa sekitar tiga juta anak di Indonesia belum bersekolah, dengan sebagian besar terkendala faktor ekonomi. Sekolah Rakyat hadir untuk menutup kesenjangan itu menghadirkan pendidikan gratis, tempat tinggal yang layak, dan dukungan pembinaan karakter yang menyeluruh.
Salah satu siswa SRMA 17 Surakarta, Okta, yang merupakan yatim piatu sekaligus penghafal Al-Qur’an, menjadi contoh nyata perubahan yang dihadirkan program ini. “Sekolah Rakyat membuat saya kembali punya harapan. Di sini saya bisa belajar dengan tenang, punya teman, dan didampingi guru yang peduli,” tuturnya dengan mata berbinar.
Pemerintah menargetkan pembangunan 500 Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2025. Langkah ini bukan hanya untuk memperluas akses pendidikan, tetapi juga sebagai strategi jangka panjang dalam membangun sumber daya manusia unggul dan menekan angka kemiskinan struktural.
Lebih dari sekadar program pendidikan, Sekolah Rakyat menjadi simbol investasi sosial pemerintah untuk masa depan bangsa. Dengan pendekatan inklusif, pembentukan karakter, dan sistem berasrama yang menumbuhkan kemandirian, sekolah ini menegaskan bahwa keadilan pendidikan bukan lagi impian melainkan kenyataan yang mulai tumbuh di berbagai penjuru negeri.*
Konten Disadur Dari : https://portal7.co.id/post/sekolah-rakyat-jadi-model-baru-pendidikan-inklusif-yang-bangun-harapan-dari-keluarga-miskin