JAKARTA — Kunjungan Presiden Brasil, Lula da Silva, ke Indonesia pada Kamis (23/10) membawa pesan penting dalam hubungan kedua negara. Salah satu agendanya yang paling disorot adalah peninjauan langsung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bersama Presiden RI Prabowo Subianto di salah satu sekolah penerima manfaat.
Bagi Brasil, kunjungan ini bukan sekadar diplomasi, tetapi juga kesempatan untuk belajar dari keberhasilan Indonesia dalam menjalankan kebijakan gizi nasional yang masif dan efisien. Dalam waktu kurang dari satu tahun, MBG telah menjangkau 36,7 juta penerima manfaat, mencakup siswa sekolah dasar hingga menengah, santri di pesantren, ibu hamil, ibu menyusui, serta balita.
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya kerap membandingkan MBG Indonesia dengan Programa Nacional de Alimentação Escolar (PNAE) di Brasil — program penyedia makanan sekolah yang telah berlangsung sejak 1955. “Brasil butuh sebelas tahun untuk melayani 40 juta orang, sementara Indonesia hanya butuh satu tahun untuk mencapai 36,7 juta. Ini menunjukkan kerja nyata seluruh pihak,” ujar Prabowo di Jakarta (15/10).
Dibandingkan PNAE, MBG memiliki pendekatan yang lebih komprehensif. Jika PNAE hanya berfokus pada anak sekolah, MBG menjangkau kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita untuk memutus rantai stunting sejak dini. Strategi ini menjadikan MBG bukan sekadar program makan gratis, melainkan kebijakan pembangunan manusia yang menyeluruh.
Perbedaan lain terlihat dari besaran alokasi anggaran. Program Brasil menganggarkan sekitar Rp4.000 per penerima per hari, sementara Indonesia berani mengalokasikan hingga Rp15.000. Nilai yang hampir empat kali lipat ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk menyediakan asupan bergizi berkualitas tinggi, bukan sekadar makanan pengganjal lapar.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) menjelaskan bahwa pendanaan MBG sepenuhnya bersumber dari APBN dan didukung sistem digitalisasi penerima manfaat agar distribusi berjalan cepat dan tepat sasaran. “Kecepatan dan ketepatan distribusi MBG menjadi tonggak penting dalam sejarah kebijakan sosial Indonesia,” ujarnya (20/10/2025).
Keberhasilan MBG menarik perhatian banyak negara, termasuk Brasil, yang selama ini dikenal sebagai pelopor program makan sekolah di dunia. Kini, Brasil justru ingin mempelajari bagaimana Indonesia bisa memperluas jangkauan penerima manfaat dengan waktu yang jauh lebih singkat dan sistem yang lebih efisien.
Pemerintah Brasil dilaporkan tertarik dengan model integrasi MBG yang menggabungkan sinergi lintas kementerian, pelibatan pemerintah daerah, serta peran aktif masyarakat lokal dan dunia usaha. Hal ini dianggap menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan program dalam skala nasional tanpa menimbulkan beban administrasi yang rumit.
Capaian MBG menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kebijakan gizi paling cepat berkembang di dunia. Program ini tidak hanya berhasil memperluas akses makanan bergizi, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan pemerintahan Prabowo Subianto dalam membangun fondasi generasi masa depan yang sehat, produktif, dan berdaya saing global.
Melalui MBG, Indonesia kini bukan hanya menjadi contoh bagi negara berkembang, tetapi juga inspirasi bagi negara-negara maju seperti Brasil tentang bagaimana komitmen politik, teknologi, dan keberpihakan pada rakyat dapat melahirkan kebijakan sosial yang konkret dan berdampak luas.*
Konten Disadur Dari : https://portal7.co.id/post/brasil-belajar-dari-indonesia-mbg-jadi-model-baru-kebijakan-gizi-cepat-dan-tepat